🎊 Puisi Tentang Tukang Becak

Puisiabang tukang ojek tentang transportasi becak anak sekolah naik kendaraan becakku mengapa terbaik rodamu menginspirasi kami Terus berputar setiap tarikan sebutir nasi yang kau selalu dinanti. Demikianlah puisi abang tukang ojek. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat Puisipuisi tukang becak Puisi untukmu saudaraku Salah satu penggalan bait dari ketiga puisi tersebut. "kalut dan pedih Asap mengabur di udara tanah kelahirannya Isak tangis bayi mungil luput dari pandangan mata tua Tanah-tanah memerah di antara belukar api menyala". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini GubernurJawa Timur Khofifah Indar Parawansa membagikan bendera Merah Putih dan paket sembako kepada tukang becak di Kabupaten Pamekasan pada LwcF. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berjuang di tengah kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Banyak masyarakat yang mulai beralih dari tradisi lama mengikuti perkembangan zaman dan arus globalisasi. Masyarakat lebih memilih cara instan dibandingkan cara tradisional, karna dinilai lebih cepat dan efektif. Perkembangan teknologi dapat membawa ke arah positif maupun negatif tinggal bagaimana kita harus tengah pesatnya perkembangan teknologi masih ada beberapa sosok masyarakat yang tidak terpengaruh dan tetap mempertahankan prinsipnya, salah satunya adalah bapak Parman ketika kami temui di simpang depan Universitas IBA, Palembang, Sumatera Selatan20/3/19.Bapak Parman adalah seorang perantau berumur 68 tahun asal pulau Jawa. Beliau memulai perjalanan menuju ke kota Palembang meninggalkan istrinya di Jawa pada tahun 1972. Awal datang ke kota Palembang, pak Parman bekerja sebagai pedagang pempek, belum lama dia bekerja pada tahun 1973 pak parman harus kembali ke pulau jawa karna istrinya akan melahirkan. Setelah istrinya melahirkan beliau kembali lagi ke kota Palembang untuk melanjutkan usahanya berdagang pempek, beliau berdagang pempek selama 12 tahun. Pada tahun 1984 beliau beralih profesi dari pedagang pempek menjadi tukang becak, profesi itulah yang hingga kini masih dijalani oleh pak parman. "Saya saja cuma tamatan SD mau cari kerja susah dan jadi tukang becak adalah pilihan terakhir" jawab pak Parman , ketika kami tanya mengapa bapak memilih menjadi tukang becak?. Ketika kami tanya Apakah dengan menjadi tukang becak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari bapak? "Bisa, yang penting itu kalau bekerjaitu ditaati, diyakini, jangan lupa dengan Allah dan selalu disyukuri berapapun hasilnya" jawab beliau. Pak Parman adalah orang yang sederhana dia hidup mandiri makan sendiri, tidur sendiri, dan bekerja sendiri. Beliau tinggal di daerah Mandinor dirumah kontrakan yang harga sewanya Bahkan pernah dalam satu hari dia tidak mendapat penumpang tapi itu tidak masalah majunya teknologi sekarang banyak muncul ojek online, bagaimana pendapat bapak merasa tersaingi atau tidak? "Sedikit, rejekikan sudah ada yang ngatur yang penting kita itu harus tetap yakin dan percaya" juga bertanya apakah bapak mengalami suka duka sepanjang menjalani profesi sebagai tukang becak? "Saya sangat suka menjalani profesi ini karna bagi saya menyenangkan sedangkan kalau duka, saya berduka ketika orangtua saya meninggal pada tahun bapak memiliki rencana untuk berhenti bekerja? "Iya, puasa tahun ini saya akan pulang ke jawa dan tidak kembali lagi kesini, ketika kami tanya alasannya ternyata karna disuruh anaknya untuk beristirahat dirumah dan membantu berjualan di toko istrinya. Anaknya adalah seorang guru. Beliau bercerita kepada kami alasannya merantau selama ini karna dia tidak mau merepotkan anak dan istrinya selagi beliau masih sehat beliau akan terus bekerja. Karna melihat semangat pak Parman membuat kami penasaran apakah dia mempunyai resep kesehatan? "Saya itu sudah tua jadi harus menjaga pola makan mengurangi makan kacang-kacangan, bayam, dan mengurangi makan minyak-minyakan yang mengandung kolestrol dan asam kami ingin bertanya lebih banyak lagi tapi karna beliau mendapat telepon dari pelanggannya yang meminta untuk dijemput jadi, beliau harus pergi. Tapi sebelum pergi beliau sempat berpesan kepada kami "Jangan melanggar aturan pemerintah dan aturan agama, semua agama itu sama, harus tetap yakin dan yang terpenting jangan lupa dengan Allah". Setelah itu kami mengucapkan terimakasih kepada pak Parman karna mau memberikan waktunya untuk sedikit berbagi dengan kami. Kami juga memberi semangat dan berpesan kepada pak Parman agar dia berhati-hati dalam perjalanan, lalu beliau pergi. Lihat Sosbud Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="sumber menyengat,Memanggang legam kulit Yang berkerinyut penuh kerut Melukis gurat kerasnya peradaban Sepasang kaki tanpa sandal, menantang panasnya aspal... Ah .... tubuh berpeluh ini Bukanlah nestapa ... Terbayang di pelupuk mataTentang harap anak istri ,Demi seperiuk nasi Sepasang betis kekar ,Mengayuh ...sekuat tenagaBerlomba menghindar kejaran Pamong Praja Ah ....penguasa-penguasa...!!!Mengapa mengapa kau tega ?Mengapa kau tega bersekutu dengan nasib ? Nasib yang kian menghimpit , dan penguasa berhati sempit ...Sepasang betis berpacu kencang ,Mengayuh ,,,tanpa peduli peluh ....Menghindar , bersembunyi dilorong kehidupanMenghindari kejaran Pamong Praja Dan bertekuk dilutut sang nasib..Dalam bisik lirih " Maaf istriku,hari ini periuk kita tak ada nasi" Jakarta, 16 Febuari 2016By Annie Moengiel Lihat Puisi Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Cerita Singkat Seorang Tukang Becak Assalamu'alaikum Warahmatullahi WabarakatuhSelamat pagi, siang, sore dan kapanpun waktu kalian lagi baca artikel ku hehe.. berjumpa lagi dengan artikel ku. Bagaimana nih kabar dari teman-teman semuanya..? ? Aku berharap semoga kalian dalam keadaan sehat wal afiat, dijauhkan dari segala marabahaya serta selalu dalam lindungan Allah SWT. Pada kesempatan kali ini, melalui artikel ini aku ingin berbagi cerita kepada kalian semua mengenai pengalaman aku bersama dengan orang yang bisa dikatakan kurang mampu namun mereka memiliki semangat yang tinggi untuk terus hidup dan pantang menyerah dengan apapun keadaan yang sedang dilalui. Kali ini aku bersama dengan seorang temanku untuk melakukan observasi lalu menjumpai seorang bapak yang berada di pinggir jalan dengan membawa sepeda yang terdapat kardus bekas dan barang bekas lainnya. Tidak berfikir lama akhirnya aku dengan temanku berniat untuk menghampirinya. Namun belum sampai di hadapan bapak tersebut, aku berunding dengan temanku untuk jadi apa tidak melakukan wawancara dengan beliau. Karena kami juga hanya berdua tanpa adanya laki-laki, pastinya kami takut kalau nanti terjadi apa-apa. Disisi lain kami juga takut kalau bapak tersebut bukanlah orang normal melainkan orang dengan sedikit gangguan jiwa. Jika di bilang gangguan jiwa juga belum tentu benar sepenuhnya karena tidak ada hal yang menunjukkan hal tersebut. Maaf sebelumnya ya teman-teman, kami disini bukan bermaksud untuk su'udzon terhadap orang lain. Kami disini hanya lebih berhati-hati terhadap orang yang belum kami kenal sebelumnya. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mencari orang lain yang lebih meyakinkan untuk di ajak berbicara. Di sepanjang jalan yang telah kita lalui, kita belum menemukan orang yang tepat. Dan setelah kita muter-muter di jalan, akhirnya kita menemukan seseorang yang cocok untuk di ajak bertukar cerita yang pastinya hal tersebut sangat menginspirasi buatku dan aku juga berharap hal ini menginspirasi teman-teman semuanya. Ternyata bukan suatu hal yang mudah untuk menemukan seseorang yang tepat dalam artian seseorang yang pantas karena pada saat itu kami juga sedang memberikan sedikit santunan kepada orang yang lebih membutuhkan. Dan hal itu juga kami lakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada sang pencipta atas semua karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada kami, sehingga dapat mengingatkan kami untuk selalu bersyukur karena diluar sana masih banyak orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kami. Okeyy teman-teman lanjut aku mau menceritakan tentang bapak yang berprofesi sebagai tukang becak tersebut. Sedikit aku akan menjelaskan kepada kalian semua, Bapak tersebut bernama Suparno yang bertempat tinggal di Wajak, Malang, Jawa Timur. Beliau tinggal bersama dengan istrinya yang bernama Wini. Beliau dan istri dikaruniai 7 orang anak yang kini sudah berumah tangga semuanya dan tidak tinggal bersama Bapak Suparno. Istri dari Bapak Suparno kini hanya berprofesi sebagai IRT Ibu Rumah Tangga .Dari tahun 1970 beliau sudah memulai untuk bekerja sebagai tukang becak hingga sekarang ini umur beliau 80 tahun. Dapat disimpulkan bahwasannya Bapak Suparno sudah menjadi tukang becak sekitar 52 tahun. Sudah lama banget ternyata ya teman-teman... Aku yakin sih ini semua bukanlah suatu pilihan yang beliau mau, karena pada waktu itu Bapak Suparno juga menjelaskan bahwasannya dulu itu sangat minim tempat pendidikan dan juga terkendala biaya untuk menuntut ilmu. Bapak Suparno juga menjelaskan bahwasannya kini sudah ada peningkatan karena dulu beliau mencari rezeki sebagai tukang becak sepeda kini sudah memiliki becak motor. Beliau ganti menggunakan becak motor karena juga faktor usia. Dengan usia yang kini 80 tahun, beliau sudah tidak kuat apabila menggunakan becak sepeda. Jika dijabarkan mengenai riwayat pendidikannya, pada tahun 1950 beliau dulu pernah belajar di Sekolah Rakyat. Menurut yang beliau jelaskan bahwasannya SR Sekolah Rakyat tersebut setara dengan SD Sekolah Dasar . Namun dalam paparan yang beliau jelaskan, SR ini berbeda dengan SD karena pada waktu itu sekitar tahun 1960 baru dibangun menjelaskan sedikit tentang anak-anaknya, bahwasannya mereka rata-rata hanya sanggup menempuh pendidikan sampai tingkat SMP saja. Dan diantara 7 orang anaknya tersebut, ada yang kini menjadi sopir dan pekerjaan lainnya. Beliau sangat bersyukur bahwasannya kini anak-anaknya mendapat pekerjaan yang layak dan tidak menjadi pengangguran. Setidaknya anak-anaknya tersebut dapat mencukupi kebutuhan keseharian dari masing-masing Suparno ini berangkat dari rumahnya di Wajak untuk mencari nafkah dengan mengendarai becak motornya pada pukul 9 pagi dan pulang hingga menjelang malam. Beliau juga menjelaskan bahwasannya penghasilan yang diperoleh dari profesi sebagai tukang becak tersebut tidak dapat dipastikan dalam seharinya dapat uang seberapa. Bahkan dalam sehari beliau juga pernah memperoleh penghasilan hanya sebesar 50 ribu rupiah saja. Beliau juga tidak hanya mangkal dalam satu tempat, namun sering berpindah-pindah untuk mendapatkan penumpang. Dan mengenai upah yang diberikan oleh penumpang tidak mesti juga harus seberapa, karena beliau mengukur berdasarkan jauh atau dekatnya tujuan dari penumpang. Kalau misalkan tempatnya jauh beliau bisa mendapatkan upah yang banyak begitupun sebaliknya. Dan apabila penumpang tersebut membawa barang bawaan yang banyak itu juga akan mempengaruhi harga yang diberikan oleh Bapak Suparno. Sedikit cerita yang dapat aku bagikan kepada kalian semua, apabila ada suatu kesalahan dalam penulisan kata dari aku pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya ya teman-teman..Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Lihat Diary Selengkapnya

puisi tentang tukang becak